Kamis, 25 Desember 2008

Tindakan Baru

HD. Iriyanto
(Direktur GIM – HRD Training Centre Jogja dan Motivator & Inspirator Religiospiritual)

Mulanya Anda mencari kebiasaan, tetapi lambat laun Anda akan dikuasai oleh kebiasaan. Anda akan terbelenggu bolak-balik melewati jalan dan cara yang sama, dan di sanalah kreativitas Anda menjadi tumpul. Begitulah sekelumit tulisan Renald Kasali di buku Change yang tepat untuk kita renungkan menyongsong hadirnya 1 Muharam 1430 H dan 1 Januari 2009 yang akan datang.

Setiap pergantian tahun memang bisa menjadi ritual rutin tanpa makna, jika kita tidak berniat untuk memaknainya. Sebaliknya, pergantian tahun akan menjadi momentum yang sangat berharga jika kita berniat untuk memanfaatkannya bagi pencapaian target-target tertentu yang sengaja kita buat sebelumnya. Karena itu, serangkaian pertanyaan reflektif bisa kita ajukan kepada diri kita masing-masing : apa yang ingin kita wujudkan di tahun baru nanti? Harapan baru, pikiran baru, atau tindakan baru ?

Jika kita sepakat dengan ungkapan Jacob Bronowski, seorang Matematikawan, bahwa dunia ini hanya bisa digenggam dan digarap oleh tindakan, bukan oleh renungan atau komtemplasi saja, maka kita perlu menetapkan tindakan baru apa yang harus kita lakukan di tahun yang baru nanti. Dan ini berarti kita perlu menyempurnakan tindakan yang telah kita lakukan sebelumnya, atau kita mencari terobosan yang sama sekali baru.

Dalam sebuah permainan yang saya lakukan di sesi pelatihan, terungkap rahasia bagaimana seseorang yang banyak memberi ternyata bisa menerima jauh lebih banyak daripada orang yang maunya menerima terus. Adapun permainan itu prosesnya sebagai berikut. Setiap peserta pelatihan diberi selembar kertas yang harus dilipat dan dipotong menjadi enam bagian. Setiap potongan kertas diberi angka masing-masing : 10, 20, 40, 50, 100, dan 200.

Setelah itu para peserta diminta menukarkan ‘kertas berharga’ tersebut kepada peserta lainnya. Bagaimana cara dan ungkapan mereka ketika harus menukarkan ‘kertas berharga’ tersebut tidak ada peraturan khusus. Satu-satunya peraturan yang diumumkan kepada mereka adalah, jika di akhir permainan mereka memiliki ‘kertas berharga’ dengan angka yang sama, maka angkanya dikalikan. Namun jika angkanya berbeda, cukup dijumlahkan saja. Baru setelah itu, jumlah keseluruhannya ditotal. Apa yang kemudian terjadi ?

Sebagian peserta cenderung untuk menukarkan ‘kertas berharga’ yang bernilai kecil untuk memperoleh yang nilainya lebih besar. Namun ada sebagian kecil yang rela menukarkan ‘kertas berharga’ yang nilainya besar untuk ditukar dengan yang nilainya lebih kecil. Salah satu peserta di akhir permainan bisa mengumpulkan 4 lembar 40-an ditambah 2 lembar 10-an. Ini berarti dia mampu mengumpulkan nilai 2.560.100. Bagaimana dengan yang bernafsu menukarkan dengan nilai yang lebih besar ? Rata-rata ‘kertas berharga’ yang berhasil mereka kumpulkan hanya bernilai di bawah 100.000. Mengapa mereka mengumpulkan nilai yang lebih kecil ?

Jawabannya adalah karena mereka egois, rakus, dan tamak. Maka belajar dari permainan ini, tindakan baru yang mesti kita perbanyak adalah tindakan memberi. Karena ketika kita mampu memenuhi kebutuhan orang lain lebih dulu, maka orang lain itu plus Tuhan akan memenuhi kebutuhan kita. Bahkan dengan jumlah yang berlipat ganda.

2 komentar:

  1. Mas Ir, tolong masuk ke web saya di : www.endriharto.fiz.su

    BalasHapus
  2. Posisi akal dan kecerdasan untuk memperoleh ketenagan lahir dan bathin...:-) https://www.facebook.com/photo.php?v=10152386025630560&set=vb.106963530559&type=2&theater

    BalasHapus