Kamis, 25 Desember 2008

Album Aktivitas di PLN Aceh



INTANGIBLE CHANGE


HD. Iriyanto
(Direktur GIM – HRD Training Centre Jogja, serta Motivator & Inspirator Religiospiritual)

Berubahnya Tarakan dari kota kecamatan menjadi kotamadia sungguh mengesankan. Secara fisik, berbagai bangunan megah berdiri di berbagai sudut kota. Bahkan ketika penulis berkesempatan mengisi seminar di kota ini tiga hari yang lalu, penulis menjumpai beberapa bangunan sekolah negeri yang begitu mewah. Ini semua tidak pernah lepas dari visi Pemkot Tarakan yang ingin menjadikan pulau ini sebagai New Singapore.

Apa yang terjadi di Tarakan, atau di kota-kota lainnya, hanyalah satu sisi dari wujud perubahan. Sebab perubahan, menurut Palo Alto, bisa digolongkan menjadi dua : perubahan realita (perubahan tipe 1) dan perubahan persepsi (perubahan tipe 2). Perubahan tipe 1 merupakan perubahan fisik yang cenderung kasat mata. Mudah dikerjakan dan mudah dilihat oleh siapa pun. Sedangkan perubahan tipe 2 berhubungan dengan perubahan cara berpikir atau cara melihat, perubahan asumsi maupun hipotesa. Perubahan tipe 2 ini relatif lebih sulit dilakukan, namun memiliki dampak atau konsekuensi jangka panjang.

Dalam banyak realitas kehidupan terbukti bahwa perubahan tipe 1 yang tidak dibarengi dengan perubahan tipe 2 acapkali tidak bertahan lama. Telepon umum yang dipasang di berbagai tempat, misalnya, ternyata tidak berumur panjang karena anggota masyarakat kita belum banyak mengalami perubahan cara pandang mereka terhadap fasilitas umum. Demikian pula jika ada taman kota yang dibangun dengan susah payah, ternyata kebersihan dan kerapiannya tidak pernah bisa terjaga untuk waktu yang lama.

Demikian pula dalam skala yang lebih luas. Ketika pemerintah melalui kementerian Pariwisata menetapkan tahun 2008 sebagai tahun kunjungan wisata, khususnya bagi wisatawan asing, namun tidak diiringi dengan perubahan mindset pelaku pariwisata, bisa jadi target kunjungan wisatawan asing yang telah ditetapkan menjadi sulit terlaksana. Hal ini agaknya bakal terjadi, mengingat ini sudah bulan November sementara pencapaian targetnya masih jauh dari harapan.

Di tingkat perusahaan atau organisasi, program perubahan yang dicanangkan juga kerap mengalami kegagalan karena kurang menyentuh perubahan tipe 2. Oleh sebab itu, perubahan tipe 2 sudah selayaknya menjadi bagian penting dari proses perubahan yang ingin diwujudkan oleh perusahaan atau organisasi. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan langkah-langkah berikut ini.

Pertama, diciptakannya figur-figur yang mampu menjadi mentor bagi orang lain di dalam perusahaan atau organisasi. Figur-figur ini merupakan orang yang dipercaya dan secara konsisten berupaya mengawal jalannya proses perubahan. Kedua, dilakukannya training-training soft skill yang lebih mengarah kepada perubahan motivasi, konsep diri, maupun karakter yang supporting terhadap perubahan. Salah satu metode yang sesuai adalah NLP (neuro linguistic programming). Yang ketiga, disosialisasikannya pesan-pesan sugestif melalui berbagai media. Apakah lewat layar monitor, pamphlet, stiker, briefing , dan lain-lain. Serta yang terakhir adalah diberikannya penghargaan atau insentif bagi lahirnya ide-ide kreatif yang menyokong suksesnya proses perubahan. Sebab penghargaan atau insentif merupakan faktor motivator yang dibutuhkan oleh siapa saja, pada level mana saja.

Album Aktivitas di Kaltim





Tindakan Baru

HD. Iriyanto
(Direktur GIM – HRD Training Centre Jogja dan Motivator & Inspirator Religiospiritual)

Mulanya Anda mencari kebiasaan, tetapi lambat laun Anda akan dikuasai oleh kebiasaan. Anda akan terbelenggu bolak-balik melewati jalan dan cara yang sama, dan di sanalah kreativitas Anda menjadi tumpul. Begitulah sekelumit tulisan Renald Kasali di buku Change yang tepat untuk kita renungkan menyongsong hadirnya 1 Muharam 1430 H dan 1 Januari 2009 yang akan datang.

Setiap pergantian tahun memang bisa menjadi ritual rutin tanpa makna, jika kita tidak berniat untuk memaknainya. Sebaliknya, pergantian tahun akan menjadi momentum yang sangat berharga jika kita berniat untuk memanfaatkannya bagi pencapaian target-target tertentu yang sengaja kita buat sebelumnya. Karena itu, serangkaian pertanyaan reflektif bisa kita ajukan kepada diri kita masing-masing : apa yang ingin kita wujudkan di tahun baru nanti? Harapan baru, pikiran baru, atau tindakan baru ?

Jika kita sepakat dengan ungkapan Jacob Bronowski, seorang Matematikawan, bahwa dunia ini hanya bisa digenggam dan digarap oleh tindakan, bukan oleh renungan atau komtemplasi saja, maka kita perlu menetapkan tindakan baru apa yang harus kita lakukan di tahun yang baru nanti. Dan ini berarti kita perlu menyempurnakan tindakan yang telah kita lakukan sebelumnya, atau kita mencari terobosan yang sama sekali baru.

Dalam sebuah permainan yang saya lakukan di sesi pelatihan, terungkap rahasia bagaimana seseorang yang banyak memberi ternyata bisa menerima jauh lebih banyak daripada orang yang maunya menerima terus. Adapun permainan itu prosesnya sebagai berikut. Setiap peserta pelatihan diberi selembar kertas yang harus dilipat dan dipotong menjadi enam bagian. Setiap potongan kertas diberi angka masing-masing : 10, 20, 40, 50, 100, dan 200.

Setelah itu para peserta diminta menukarkan ‘kertas berharga’ tersebut kepada peserta lainnya. Bagaimana cara dan ungkapan mereka ketika harus menukarkan ‘kertas berharga’ tersebut tidak ada peraturan khusus. Satu-satunya peraturan yang diumumkan kepada mereka adalah, jika di akhir permainan mereka memiliki ‘kertas berharga’ dengan angka yang sama, maka angkanya dikalikan. Namun jika angkanya berbeda, cukup dijumlahkan saja. Baru setelah itu, jumlah keseluruhannya ditotal. Apa yang kemudian terjadi ?

Sebagian peserta cenderung untuk menukarkan ‘kertas berharga’ yang bernilai kecil untuk memperoleh yang nilainya lebih besar. Namun ada sebagian kecil yang rela menukarkan ‘kertas berharga’ yang nilainya besar untuk ditukar dengan yang nilainya lebih kecil. Salah satu peserta di akhir permainan bisa mengumpulkan 4 lembar 40-an ditambah 2 lembar 10-an. Ini berarti dia mampu mengumpulkan nilai 2.560.100. Bagaimana dengan yang bernafsu menukarkan dengan nilai yang lebih besar ? Rata-rata ‘kertas berharga’ yang berhasil mereka kumpulkan hanya bernilai di bawah 100.000. Mengapa mereka mengumpulkan nilai yang lebih kecil ?

Jawabannya adalah karena mereka egois, rakus, dan tamak. Maka belajar dari permainan ini, tindakan baru yang mesti kita perbanyak adalah tindakan memberi. Karena ketika kita mampu memenuhi kebutuhan orang lain lebih dulu, maka orang lain itu plus Tuhan akan memenuhi kebutuhan kita. Bahkan dengan jumlah yang berlipat ganda.